Labirin nestapa terpatri, terpacu...
Menelan kebiadapan yang terus mendayu...
Jiwa-jiwa kecil yang tak berdosa...
Terus menyeruak, tak bisa menahan gejolak batin yang meronta...
Ledakan bom, lesatan roket, dahsyatnya Birmil...
Tak bisa menutup tabir lelehnya air mata yang terus mengalir...
Nanar mata ini terbengkalai...
Terlempar pandanganku kepada mereka yang terbaring sakit menelan derita yang tak pernah usai...
Seru keadilan yang selalu mereka teriakan...
Berujung sia-sia bagai tak terbalaskan...
Hati ini miris, tak ada daya untuk menahan tangis...
Ketika kau, wahai Fir’aun Bashar Ashad tak henti-hentinya berulah bengis...
Kau tikam, kau cabik...
Berjuta jiwa selalu kau usik...
Tak peduli jerit harapan..
Yang mereka tuturkan pelan...
Wahai kaum Muslimin..!!
Jangan kalian pura-pura tuli...
Tak mendengar rintihan kesakitan mereka yang tiada henti...
Jangan kalian pura-pura buta...
Tak melihat wajah-wajah ketakutan mereka yang selalu menerka...
Seandainya kalian tahu...
Bumi Syam yang penuh barokah...
Saat ini benar-benar telah berdarah...!!